Rabu, 27 November 2019

Rekrutmen CPNS 2019

REKRUTMEN CPNS
Tahun 2019 ini Pemerintah kembali menggelar rekrutmen CPNS, dan seperti tahun sebelumnya, peserta akan menempuh Seleksi kompetensi Dasar SKD  dan seleksi kompetensi bidang SKB.

Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dimaksudkan untuk menggali pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku peserta ujian yang meliputi wawasan nasional, regional, dan internasional maupun kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif, kemampuan penalaran, kemampuan beradaptasi, pengendalian diri, semangat berprestasi, integritas, dan inisiatif. Kompetensi bidang meliputi tiga hal, seperti yang dikutip penulis dari

a.  Tes Intelegensi Umum (TIU)
Jumlah soal 35 dengan passing grade 80
TIU untuk menilai tiga kemampuan yaitu kemampuan verbal, kemampuan numerik, dan kemampuan figural. Kemampuan verbal meliputi analogi, silogisme, dan analitis. Sementara, kemampuan numerik adalah berhubungan dengan berhitung, deret angka, perbandingan kuantitatif, dan soal cerita. Kemampuan figural mengukur kemampuan individu dalam bernalar melalui perbandingan dua gambar, perbedaan beberapa gambar, dan juga pola hubungan dalam bentuk gambar.

b.  Tes Karakteristik Pribadi (TKP)
Jumlah soal 35 dengan passing grade 126
TKP merupakan tes untuk menilai perilaku terkait pelayanan publik, jejaring kerja, sosial budaya, teknologi informasi dan komunikasi serta profesionalisme.

c.   Tes Wawasan Kebangsaan (TWK),  
Jumlah soal 30 dengan passing grade 65
TWK bertujuan menilai penguasaan pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan nasionalisme, integritas, bela negara, pilar negara, dan Bahasa Indonesia.
Bersama ini ada  buku soal – soal latihan, semoga cukup membantu teman – teman belajar. Afdolnya, teman – teman membeli buku tersebut di toko buku agar lebih mudah mempelajarinya. 



Membuat persamaan garis lurus dengan mudah

Senin, 25 November 2019

HARI GURU TAHUN 2019

PIDATO MENDIKBUD HARI GURU NASIONAL TAHUN 2019

Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,

Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya agak sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit.

Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingan dengan pertolongan.

Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas adminstratif tanpa manfaat yang jelas.

Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.

Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghapal.

Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.

Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia.

Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambilah langkah pertama.

Besok, dimanapun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda.

- Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.

- Berikan kesempatan murid untuk mengajar di kelas.

- Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.

- Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.

- Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.

Selamat Hari Guru
#merdekabergerak #gurupenggerak

Nadiem Anwar Makarim
.
Sumber:https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/11/pidato-mendikbud-pada-upacara-bendera-peringatan-hari-guru-nasional-tahun-2019

Minggu, 24 November 2019

Cermin 5


PUSPA YANG HILANG….

Tampaknya ini lagi musim kuku bercutex. Warna – warni. Menyala. Banyak muridku yang melakukannya. Satu dilarang, muncul sepuluh yang lain.Sudahlah, mungkin ini kreatifitas, lagi masanya mereka mengekspresi kan diri. Namun warna – warna cutex mengingatkanku pada Puspa. Lima tahun lalu…
Puspa gadis yang demikian lembut.Sungguh aku terkejut ketika menjumpai kukunya bercutex hitam. Ia melengkapi asesorinya dengan gelang – gelang hitam pula. Kuhitung ada sembilan. (ketika kutanya mengapa tidak sepuluh sekalian, Ia menjawab sembilan adalah angka keberuntungan. Ahai…. Jawaban yang menurutku rada – rada aneh. Seperti tukang ramal saja.) Kurasa gelang – gelang itu mengganggunya. Setiap akan menulis, ia musti merapikan gelangnya.“Kamu malah seperti rocker….”,sentilku. Puspa tertawa. Tidak keras. Penampilannya sama sekali bertolak belakang dengan kelembutannya. Sama sekali tidak cocok. Dan kala itu hanya Puspa yang bercutex. Hitam pula. Tetapi beberapa hari kemudian ia menghapusnya. Bukan atas kemauannya, tapi karena banyak guru menegurnya.*
            Hari ini ia tidak masuk sekolah tanpa ijin. Juga kemarin. Mungkin ia malu karena selalu kena tegur karena tampilannya itu. Informasi yang kuterima berbeda dengan pandanganku padanya.
“sejak SMP sudah sering bolos kok bu”, Tia memberi info.
“Teman – temannya nggak beres lho bu”, tambah Maya.
“Nggak beres bagaimana?”
“Ya gitulah.... nggak anak sekolahan. Mungkin dia nggak sekolah lagi,bu”. “Maksudnya?” Tia dan Maya saling pandang. Ketika istirahat mereka memberi informasi yang membuatku hampir  pingsan. *
Bapaknya yang datang ketika sekolah memanggil orang tuanya. Beliau ternyata masih seumurku. Anaknya sudah SMA, sementara sulungku masih belajar di Sekolah Dasar.
“Sebenarnya aku tidak mengenal dengan baik anakku itu “, sang Bapak menerawang.,” Akhir akhir ini memang ia sering ke rumah. Minta uang untuk beli buku. Kuusahakan untuk selalu memenuhi permintaannya sebagai penebus dosaku.” Kepalaku mendadak pusing dengan prolog yang  membingungkan ini.
“Puspa adalah anak yang tidak kami inginkan. Lina hamil ketika kami masih kuliah semester dua. Orang tuanya tidak saja menolak keinginanku untuk bertanggung jawab, tetapi mereka bahkan mengusirku dan tidak mengijinkan kami bertemu. Hubungan kami terputus sama sekali. Sampai kemudian Puspa menemuiku. Ia minta beaya untuk masuk SMA. Ternyata selama ini dia tinggal dengan eyangnya. Ia bahkan hanya sekejap merasakan belaian mamanya karena tak lama setelah Puspa lahir, Lina segera menikah dan pindah kota”.
“Benarkah berita tentang Puspa yang selama ini beredar?” tanyaku serak.Laki – laki di depanku tampak menghela napas panjang,“Bisa jadi benar Bu...”. Aku merasakan seputarku berkeliling.*

Siswa bantara pramuka mengadakan bakti sosial di desa kaki gunung dengan kegiatan penanaman pohon buah -  buahan di halaman rumah warga.Aku dan beberapa guru ditugasi untuk mendampingi mereka. Daerah yang dingin menggigit, namun menjamur hotel – hotel melati,“Ayolah jalan – jalan, jangan di rumah saja.Sembari kita lihat suasana malamnya”, kata Pak Tino dengan tawa khasnya. Akhirnya kami semua melawan dingin dengan memutari kawasan remang – remang. Inilah untuk pertama kalinya aku melihat aquarium. Aku menangis melihat gadis – gadis muda di aquarium itu. Ah sebutan yang menyakitkan. Wahai kalian penghuni aquarium akankah itu kehendakmu?
Aku teringat Untung yang ingin jadi satpam hotel. Ia memang berasal dari daerah sekitar sini. Pantas dia punya cita – cita seperti itu. Kemeriahan dan kegemerlapan selalu memesona anak muda. Sebuah hotel tampak ramai pengunjung. Aku berhenti agak lama. Kubiarkan teman – teman jalan duluan. Toh hanya seputaran. Aku tidak bakal tersesat.
“Ibu….?” Seseorang berlari mendekat dan mencium tanganku. Oiii… ternyata Untung. Sama sekali tidak kuduga bertemu dengannya sejak ia lulus dari sekolah kami. Ia tampak gagah dengan seragam satpamnya.
“Ibu kok disini?... wah ntar dikira siapa lho bu, ada orang tua cari anaknya“, godanyacengengesan. Kutarik rambutnya yang panjang, ”plisss… jangan di push up  bu”. Ealah ternyata ia masih ingat hukuman yang kuberikan karena janjinya memendekkan rambut tidak juga terlaksana. 
“Ramai sekali hotelmu”
“Pelayanan kami prima, bu”, lagaknya sok promosi.
“Gadis – gadis itu termasuk pelayanan prima?” tanyaku. Ia terbahak. Sungguh jelek sekali tawanya. ”Pantas kamu ingin bekerja disini”. Untung mengajakku minum kopi di resto itu. Antara keinginan menolak karena malu dan rasa penasaran menjadi satu. Aku agak bergidik melihat suasananya. Juga pengapnya asap rokok. Untung mestinya libur malam ini.
“Biasalah Bu, cari tips bawa tamu ….”.Ia bercerita banyak tentang alasan gadis – gadis itu berada disini.Ternyata tidak semua karena faktor ekonomi. Ada yang ingin bisa tampil mewah. Ada yang sakit hati ditinggal pacar atau dikhianati suami. Dadaku sesak. Seberapa berat sebenarnya beban mereka sampai memutuskan tinggal disini. Aku meyakini banyak pekerjaan lain yang bisa mereka lakukan. Sekelebatan kulihat pasangan meninggalkan ruangan. Sepertinya aku mengenal gadis itu…Puspa- kah?
“Benar Bu, ia stok baru laris manis. Ibu mengenalnya? “. Mataku terasa pedih oleh buliran air mata.
“Ia sempat jadi murid ibu sebentar. Kemudian menghilang. Bahkan ayahnyapun tidak tahu ia kemana”.
“Ia tinggal bersamaku,Bu”
“Lhooo…..dia istrimu?” tanyaku kaget. Untung menggeleng,”Mana mau ia denganku yang hitam jelek begini”. 
Puspa datang ke hotel itu untuk mencari kerja. Untung yang menemuinya.Namun bertolak belakang dengan wataknya yang suka menggoda, Untung justru merasa kasihan setelah gadis itu bercerita banyak. Puspa tidak ingin anaknya kehilangan kasih sayang seperti dirinya. Ia bilang tidak punya siapa – siapa kecuali anaknya. Puspa memilih meninggalkan suaminya ketika tahu suaminya telah memiliki istri. Ia harus bekerja untuk kehidupan mereka berdua. Untung lantas mengajaknya ke rumah. Ibunya bahkan langsung menyayangi anak Puspa, dan bersedia menjaganya selama Puspa bekerja.
“Sungguh mulia kalian”
“Tidak juga,bu. Kami hanya memberi tumpangan dari panas dan hujan. Ia berbeda….”
“Jangan – jangan … diam – diam kamu jatuh cinta padanya”, Untung tertawa lepas,” meski bekerja di tempat begini, aku ingin istri baik – baik. Ibu percaya kalau aku masih perjaka?” Untung mengerling jenaka.
“Mbuh..”, jawabku kesal. *
            Aku tidak menduga Puspa mengundangku pada acara  ulang tahun anaknya.Pasti Untung bercerita tentang pertemuan kami. Puspa tidak malu menceritakan perjalanan hidupnya. Meski selama ini ia bergaul dengan anak – anak yang tidak sekolahan, hura – hura kesana kemari,  tapi ia mampu menjaga kesuciannya.(di titik ini, aku agak sulit mempercayai ceritanya). Sampai ia ketemu Pak Bing, yang seusia ayahnya, yang menasehatinya untuk lepas dari teman – temannya. Pak Bing yang kemudian menikahinya secara siri. Pak Bing yang kemudian ia tinggalkan karena telah beristri. Ia memang bahagia bersama Pak Bing, tapi ketika  suatu sore bertemu istri Pak Bing, Ia sungguh merasa bersalah dengan perempuan sebaik itu. Perempuan seumur ibunya. Ibu yang selama ini  kehadirannya ia rindukan.
“Di hotel, aku hanya menemani pelanggan ngobrol, sesekali ikut minum, tapi aku dalam kendali untuk tidak mabuk”. Ini titik kedua dimana aku lagi – lagi sulit untuk mempercayainya.Untung yang duduk di sebelahnya memegang bahu Puspa. Aku lihat ada cinta di mata mereka.
“Kami akan menikah, doakan kami…” Ya, witing tresno jalaran saka kulina, mereka siap membuka lembaran baru. Tidak banyak orang seperti Puspa, yang menyadari dan mau menerima masa lalunya. Tidak banyak orang seperti Untung yang mau menerima pasangannya tanpa melihat masa lalunya.

(Untung mengabariku jika ia dipercaya bosnya mengelola salah satu hotel, dan ia mengibarkan bendera sebagai hotel bersih, yang pantas dikunjungi keluarga yang ingin merasakan alam pedesaan di kaki gunung Ungaran.)
********
* witing tresno jalaran saka kulina = rasa sayang ada karena seringnya bertemu.

Rabu, 20 November 2019

VCT BATCH 5

Seorang kawan mengabariku untuk ikut Virtual coordinator Training angkatan ke 5. Disana , banyak pelajaran secara online yang dapat meningkatkan kemampuan IT yang kita miliki. Kalau berhasil menyelesaikan tugas, maka kita akan mendapat sertifikat pelatihan 32 jam.  Oke, aku daftar. Gratis. Apa yang diajarkan di kegiatan ini? hmmm... kita belajar presentasi secara virtual , atau istilahnya vicon menggunakan webex. Kita harus belajar menjadi host, presenter dan moderator masing - masing dua kali. Sepertinya sederhana ya? ternyata tidak juga.

Sebagai host, kita bertugas membuka acara, memperkenalkan presenter dan moderator, serta menyerahkan kegiatan kepada moderator, mengatur tampilan shooting camera dan microfon peserta ketika acara berlangsung, juga membantu moderator demi kelancaran acara.

Sebagai moderator, kita memberikan kesempatan presenter untuk menyampaikan materi, mengingatkan presenter terkait waktu penyampaian, merekap pertanyaan peserta yang terdapat pada kolom chat dan menyampaikannya pada saat diskusi dimulai. Mengatur diskusi tanya jawab jika ada pertanyaan langsung dari peserta,mengakhiri kegiatan bersama presenter jika waktu sudah selesai dan  meminta presenter membuat simpulan atas jalannya presentasi sebelum kegiatan diakhiri, selanjutnya menyerahkan room vicuon kepada host dan host akan menutup sesi vicon. 

Sebagai presenter, harus memaparkan materi secara padat dan sistematis.Menjawab pertanyaan selama sesi diskusi dan mengakhiri kegiatan dengan membuat rangkuman.  Sebagai persiapan persentasi,  presenter wajib menyiapkan power point materi, membuat link presensi, dan membuat flyer materi agar menarik peserta vicon. Seluruh kegiatan harus direkam dan diunggah di youtube. 

Khusus batch 5 ini ada tugas tambahan untuk melakukan review rumah belajar yang dituliskan dalam blog pribadi, membuat review dengan menggunakan text to speech (TTS)  dan speech to text (STT) dan mengunggahnya di youtube.

Berikut adalah link -link materi yang harus dipelajari agar sukses menyelesaikan seluruh tugas.

https://youtu.be/WHtV_eZIEDs  membuat google form
https://youtu.be/_EcOBQFBSjg  membuat QR scanner
https://youtu.be/6rD03R0jJkU  presensi dengan QR code
https://youtu.be/LA4drk13Yv4  membuat akun youtube
https://youtu.be/dL51LIi9JDI  teknik membuat narasi flyer
https://youtu.be/PW5KeOVCHqU membuat akun webex
https://youtu.be/ckqmktU2F_E rekam layar PC dengan fastone capture

https://youtu.be/PgKip5ljBXA menjadi host moderator dan presenter



Selasa, 08 Oktober 2019

Cermin 4


AKU RINDU NENEK....

Aku merencanakan jeda tengah semester ini dengan kegiatan yang berbeda dengan yang sudah – sudah. Ya, aku ingin mengajak siswaku melakukan bakti karya ke Panti Lansia. Cukup setengah hari saja, agar mereka bisa merasakan indahnya berbagi. Bersama Mrs.Rini yang menjadi partnerku, kami menyampaikan ide ini kepada Kepala Sekolah, dan Alhamdulillah beliau setuju.
“Apa yang ingin anak - anak  kerjakan disini?” tanya suster Rosa ketika kami meminta ijin agar para siswa bisa membantu para pembina merawat mbah – mbah disana.
“Silakan suster meminta mereka membantu apa saja. Seperti pembina lakukan selama ini dalam mengurus anggota Panti”
            Akhirnya suster Rosa membagi anak - anak dalam beberapa kelompok. Ada yang membantu bagian dapur, bagian kebersihan taman, menyuapi, memotong kuku, bahkan ada yang mengosek kamar mandi.
“Kerjakan semua dengan keikhlasan ya, Nak. Begitulah nanti kalau kita menua, butuh bantuan orang lain. Paling tidak kegiatan ini akan membuat kalian makin sayang dengan orang tua, kalian tinggal dalam satu keluarga yang hangat. Bayangkan mbah – mbah ini, sudah tidak ada anggota keluarga yang merawatnya. Kalau toh ada keluarga, sering mereka tidak mau merawat” begitu pesan suster Rosa kepada para siswa.
            Kelompok pertama mengikuti Suster Mirna ke kamar A. Disana ada empat mbah. Kamar A terisi anggota panti yang bisa dikatakan sembilan puluh persen hidupnya harus dibantu.
“Hari ini kita harus mengukur tekanan darah mereka lebih dulu”, suster Mirna mengeluarkan alat tensimeter.
“Saya bisa melakukannya,Bu” pinta Intan. Ia memang tergabung dalam team Palang Merah Remaja di sekolah. Ia mengukur tensi mbah Marni, “Bagus Mbah...sehat terus nggih”, katanya luwes. Kemudian pindah ke Mbah Ranti, mbah Surip dan terakhir mbah Siti, yang menatapnya tajam.
“Kamu sudah datang nduk...” bisik si mbah. Dahi Intan berkerut, ia mundur beberapa langkah, “ Ini Intan mbah, siswa yang membantu saya pagi ini” Suster Mirna menjelaskan.
“Jadi anakku belum datang juga?”, mbah Siti selalu memanggil anaknya, yang kami juga tidak tahu dimana alamatnya sekarang, bisik Suster.
            Empat bulan lalu, anak perempuannya mengantar mbah Siti ke panti ini. Sambil berurai air mata, anak Mbah Siti bermaksud menitipkan Ibunya. Ia sendiri akan berangkat menjadi TKW.Suaminya meninggal, dan tidak banyak yang bisa dia kerjakan di desa untuk menghidupi ketiga anaknya, masih ditambah mengurus ibunya yang sudah sepuh. Perempuan itu juga harus menitipkan ketiga anaknya di panti asuhan.Intan melihat Mbah Siti dengan rasa iba. Si Mbah tidak saja terpisah dengan anaknya, tapi juga cucu – cucunya, yang tentu selama ini menjadi bagian yang menghibur dirinya.
“Apakah Mbah mau aku pijit?”, Intan menawarkan diri. Mbah Siti menatapnya sejenak,”kamu bukan Endang. Cucuku itu pinter sekali memijat. Aku hanya mau Endang yang mijit”. Mbah kembali menatap jalan,” kowe nang ndi nduk.... kowe nang ndi.....” gumamnya berulang – ulang.    
Kelompok kedua bertugas di kamar B. Disini ada enam mbah yang masih mampu mengurus dirinya sendiri, bahkan bisa berkarya. Mbah Sri asyik merenda membuat taplak meja. Mbah Ninik menjahit daster dengan jahit tangan. Mbah Merry (dia minta dipanggil oma Merry) bahkan punya hobby keren. Oma melukis ! gunung yang terlihat dari kamarnya menjadi objek lukisan.
“Mengapa oma tinggal disini?” tanya Devi hati – hati. Oma meliriknya sebentar, untuk kemudian kembali ke lukisannya. Devi merasa tidak enak hati, betapa lancangnya dia bertanya hal – hal yang mungkin melukai oma, “maafkan pertanyaan saya ya oma”, lagi – lagi Oma meliriknya,”aku bukan tak mau jawab, tapi aku lagi konsen dengan ini”, Oma menunjuk kanvasnya. Oma akhirnya bercerita bagaimana ia berada disini. Ketiga anaknya sudah berkeluarga, dan semuanya tinggal berbeda kota. Anak – anaknya menangis ketika oma memutuskan tinggal di Panti setelah suaminya meninggal. Semua anaknya menginginkan ia tinggal bersama mereka. Mereka adalah anak – anak yang baik yang pasti bisa merawat ibunya. Bahkan memanjakannya. Tapi oma Merry berpikiran lain. Di kota ini, ia  dapat menularkan kepandaian yang dimilikinya. Oma sudah kondang. Ia sering diundang kelompok – kelompok PKK untuk mengajar berbagai keterampilan. Merangkai bunga, membuat kue, membuat dompet dari bungkus plastik makanan ringan dan banyak lagi. Meski usianya tujuh puluh, sambil tertawa (giginya belum ada yang tanggal), oma selalu mengaku berusia tujuh belas.
“Kalian menyanyi ya untuk menghibur kami, tapi jangan keras - keras” kata oma. Bisa jadi kelompok dua merupakan kelompok dengan tugas paling ringan.
            Kelompok ketiga kebagian logistik. Mereka berkutat di dapur membantu Ibu Tuti. Makan siang yang disiapkan cukup lengkap. Sayur sop matahari, tahu kukus bumbu kuning serta galantin manis. Ada melon sebagai buahnya.
“Garamnya sedikit saja ya ... tehnya juga tidak terlalu manis”. Ibu Tuti tersenyum dalam hati mengamati kerja anak anak. Betapa kakunya Vina memegang pisau ketika mengupas melon. Juga Rina yang beberapa kali meluruskan tangan ketika menguleg bumbu kuning. Begitulah anak – anak sekarang. Tidak banyak pengetahuan dapur yang mereka miliki, bisa jadi karena ada pembantu di rumah, atau seiring makin jarang keluarga yang memasak dan lebih suka berlangganan katering.      
            Kelompok empat yang terdiri siswa putra memang kebagian tugas terberat. Mereka harus membersihkan bak mandi, mengosek lantai kamar mandi, termasuk klosetnya. Tiga siswa di kelompok itu mengatakan tidak pernah membersihkan kamar mandi.. Meski mereka terengah – engah, tapi tampak mereka mengerjakan dengan gembira.
 Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah pukul 12.00 siang saat anak – anak harus berpamitan, karena para mbah harus istirahat. Sungguh mereka memperoleh pengalaman berharga.
“Jangan hanya berhenti disini,nak. Apa yang kalian kerjakan disini, praktekkanlah di rumah. Meski ada asisten rumah tangga, lakukan sendiri apa yang bisa kalian lakukan. Membersihkan kamar tidur, sesekali belajar memasak di hari libur,  mungkin berkebun, atau mengembangkan hobby, seperti oma Merry, karena semakin kalian banyak learning by doing, kalian akan semakin kaya pengalaman” . Di sudut ruang, Evan berkali – kali mengusap air matanya. Ia teringat neneknya yang dua minggu lalu dipanggil Tuhan. Sebelum meninggal, beberapa kali nenek menelponnya untuk datang.
“Lama kamu nggak nengok Uti, Van. Mampirlah kalau pulang sekolah. Mangga di belakang rumah sudah mulai masak, dan itu untukmu. Apa kamu juga nggak kangen dengan sambal terasi bikinan Uti?”. Evan biasa bermanja dengan Utinya bahkan minta disuapi segala.Suapan lewat tangan Uti luar biasa enaknya.Tapi Evan belum bisa memenuhi permintaan neneknya. Ia beralasan, sepulang sekolah harus les ke bimbingan belajar. Sampai berita duka itu datang. Nenek tidak sakit. Beliau tidur siang dan tidak bangun lagi.
“Maafkan cucumu ini,Uti. Aku merindukanmu.....”. airmata Evan menderas.
******
kowe nang ndi         = kamu dimana
nduk                           = panggilan untuk anak perempuan
Uti                               = kependekan dari Eyang Putri = nenek.

Artikel Tugas Proyek Statistika