PENYELESAIAN
SOAL HOTSMATH DENGAN PBL
Tantangan
abad 21 menjadi berat karena perkembangan dunia yang sangat cepat dan dinamis.
Untuk meraih kesuksesan, maka peserta didik wajib dibekali dengan kemampuan
softskill, yang salah satunya adalah berpikir kritis dan penyelesaian masalah.
Pembelajaran hendaknya mampu menghubungkan masalah kontekstual kekinian,
sehingga adanya kedekatan masalah nyata dengan peserta didik akan membuat
peserta didik menyadari pentingnya menggunakan kemampuan bernalarnya untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Oleh karenanya perlu dikembangkan instrumen untuk
mengukur keterampilan berpikir yang tidak sekedar mengingat, memahami dan
menerapkan kompetensi yang didapat (kognisi level satu dan dua) , namun perlu
diajarkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Instrumen ketrampilan berpikir
kritis logis ini (kognisi level tiga) seringkali disebut dengan Higher-order thinking skills (HOTS). Salah satu ciri soal HOTS
adalah bukan soal yang rutin, sehingga penyelesaiannya tidak menggunakan hafalan
langkah penyelesaian, tetapi
menggunakan penalaran.
Beberapa
soal pada Ujian Nasional Matematika SMA tahun 2018 telah mengembangkan keterampilan
bernalar. Keterampilan yang bisa jadi belum terbiasa dilatihkan Guru sehingga
UN 2018 menimbulkan keluhan dari banyak peserta ujian. Mari kita lihat salah
satu soal tersebut terkait dengan bahasan barisan geometri. Setiap tahun harga jual tanah di sebuah
komplek perumahan mengalami kenaikan 25% dari tahun sebelumnya, sedangkan harga
jual bangunannya mengalami penurunan 10% dari tahun sebelumnya. Harga jual
sebuah rumah (tanah dan bangunan) di komplek tersebut saat ini adalah 490 juta
rupiah dengan perbandingan harga jual tanah terhadap bangunan adalah 4:3.
Tentukan harga jual rumah tersebut 10 tahun mendatang.
Soal
tersebut bukan soal rutin. Soal UN sebelumnya hanya membahas satu aspek saja.
Harga tanah saja atau harga bangunan saja, tetapi di UN 2018 ini, selain
menyangkut dua aspek yaitu tanah dan bangunan, ditambahkan aspek lain yaitu perbandingan
keduanya. Pendekatan dengan Problem Based Learning (PBL) akan sangat membantu
menyelesaikan soal HOTS.
Karakteristik PBL (http://guraru.org/guru-berbagi/apa-itu-problem-based-learning/) yang pertama adalah belajar harus dimulai dengan permasalahan,
ini sudah sejalan dengan ciri soal HOTS, kedua memastikan
bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata. Kita lihat soal UN di
atas, masalah jual beli adalah hal yang sering dijumpai. Ketiga, mengorganisasikan
pelajaran seputar masalah, guru membimbing peserta didik mengorganisasi konsep
– konsep yang dibutuhkan yaitu konsep suku ke-n barisan geometri dengan rasio
lebih dari satu untuk masalah tanah dan rasio kurang dari satu untuk masalah
bangunan. Disamping itu juga konsep perbandingan sehingga diperoleh harga saat
ini untuk masing – masing aspek. Perlu kehati – hatian ketika menentukan suku
pertama dari masalah tersebut terkait kalimat 10 tahun mendatang pada soal. Keempat, memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta
didik dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajarnya. Guru
harus menahan diri untuk tidak menuangkan pengetahuan ke peserta didik, karena
kepala mereka bukanlah wadah kosong. Pengajaran bukan merupakan penumpukan
memori, tetapi rangkaian konsep- konsep yang saling terhubung, dan agar efektif
peserta didik berdiskusi dalam kelompok – kelompok kecil. Namun demikian, guru
harus waspada ketika peserta didik tampak frustasi karena belum mampu
memecahkan masalah sehingga justru kontraproduktif dengan terbuangnya waktu.
Pada titik ini, guru harus mampu memberikan kail yang lain agar peserta didik
tetap mampu menangkap ikan sendiri. Tahap terakhir, setiap peserta didik harus
mampu mengkomunikasikan hasilnya, untuk selanjutnya hasil tersebut dikritisi
oleh teman atau guru.
Melatih peserta didik
secara terus menerus dalam pemecahan masalah sejalan dengan pendapat Jerome
Bruner (http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf) bahwa orang yang
berpengetahuan itu sebagai seseorang yang terampil dalam memecahkan masalah,
artinya yang bersangkutan berinteraksi dengan lingkungan dalam menguji hipotesisnya
dan menarik kesimpulan secara umum atau melakukan generalisasi. Karena itu, tujuan
pendidikan seharusnya terjadinya perkembangan intelektualitas. Selanjutnya, tugas
kurikulum adalah mendidik pengembangan penyelidikan (inkuiri) serta penemuan (discovery). Hal ini harus berhasil
dilaksanakan, tidak semata agar tidak terjadi lagi peserta ujian yang
mengeluhkan soal UN, namun juga siap menghadapi tantangan abad 21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar