Jumat, 30 Agustus 2019

Cermin 3


ARSYA YANG CANTIK….

Arsya memang cantik.Ditambah kemahirannya berbahasa Inggris membuat banyak orang terkagum – kagum.Namun entah mengapa,di hatiku paling dalam, aku tidak terlalu respek dengannya.Ini jelas respon yang amat buruk. Aku gurunya, mestinya mencintai semua murid dengan kadar sama.Tapi tidak untuk Arsya.Diam – diam aku tidak menyukainya. Ia terlambat masuk kelas kemarin.Ketika kutanya, ia menjawab santai. Habis dari kantin.Makan belum selesai.Sayang kalau ditinggal.Tanpa rasa bersalah.Dan ternyata ia melakukan hal yang sama pada beberapa pelajaran yang lain.Pelajaran yang tidak disukainya atau pada guru yang tidak disukainya?.
Ia memang aset sekolah. Beberapa kali membawa nama harum dari berbagai kejuaraan bahasa yang diikutinya.Di upacara hari Senin, namanya tersanjung. Namun menurutku, secara psikologis, ia tidak siap dengan sanjungan itu. Ia selalu berjalan tegak dengan dada membusung.
Tergopoh – gopoh dia masuk kelas.Langsung menuju tempat duduknya.Seperti biasa, ia terlambat lima belas menit.
“Darimana?”,tanyaku berusaha dengan nada rendah, meski darahku sudah sampai ke ubun – ubun. Pertanyaan yang tidak perlu sebenarnya, karena ia akan memberikan jawaban yang sama.
 “Bagaimana kalau kali ini kamu belajar di perpustakaan?Ibu beri beberapa soal yang harus dikerjakan”
“Tapi saya bisa ketinggalan pelajaran,Bu” bantahnya.
“Keterlambatanmu telah mengganggu teman yang lain.Dan wajar kalau Ibu harus memberimu hadiah atas keterlambatanmu kali ini”,kusodorkan beberapa soal,”kumpulkan istirahat nanti”. Arsya menerima bukuku dengan bersungut. Aku tidak ingin membedakan satu dengan yang lain. *

“Bu Alfa, ada tamu….”,Mbak Delta menyampaikan pesan.Mestinya dia tak perlu melakukan hal itu.Toh aku lagi mengajar.Sang tamu tentu harus menunggu sampai aku menyelesaikan tugasku.Setengah jam kemudian aku baru bisa menemuinya. Seorang perempuan cantik menungguku.
“Saya ibunya Arsya” ia memperkenalkan diri.
“Ada yang bisa saya bantu,Bu?”
“Kemarin dia pulang dengan menangis.Malu katanya dikeluarkan dari kelas pada saat jam Ibu”
“Saya memintanya belajar di perpustakaan.Dia sampaikan juga mengapa saya menyuruhnya demikian?”.
“Karena dia terlambat lima menit. Mengapa Ibu tidak memberinya toleransi?Kalau kantin penuh, wajar anak antre membayar kan?” perempuan di depanku menatapku lekat.
“Bukan lima menit Ibu.Tapi lima belas menit”, aku mengkoreksi ucapannya.Kubuka daftar presensiku.Kusampaikan keterlambatan yang telah dilakukannya. Aku meminta Mbak Delta memanggil Bu Ana,guru pembimbingnya.
“Bu Ana mungkin bisa menjelaskan lebih banyak”.Bu Ana memiliki rekaman seluruh siswa bimbingannya.Termasuk masalah –masalah yang dimiliki.Arsya hampir selalu terlambat masuk kelas setelah waktu istirahat habis.Dengan alasan yang sama.
“Kami baru akan memanggil Ibu, tapi terima kasih Ibu sudah rawuh duluan”,sambut Bu Ana ramah.
”saya sudah melakukan bimbingan padanya tiga kali.Ia juga sudah berjanji secara tertulis untuk tidak terlambat masuk kelas.Namun ternyata janji tinggal janji.Jika pada pelajaran tertentu, bisa jadi ia bermasalah dengan pelajaran itu atau dengan gurunya.Tapi ini hampir pada semua mata pelajaran.Saya mengamati di kelas, ia juga tidak begitu banyak bergaul dengan temannya. Mungkin lebih baik dia dipanggil saja untuk kita dengar penjelasannya”
Arsya datang (seperti biasa dengan bersungut.Tapi tetap saja terlihat cantik).Dia sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan Bu Ana.Kulihat Ibunya mulai jengkel.
“Dari awal aku sudah bilang kan ke Mama, aku tidak suka sekolah di sini.Aku ingin ke kota.Aku pasti bisa berprestasi lebih baik.Disini banyak anak desanya, sama sekali tidak ada tantangan” oi...oi,sombong sekali dia.Justru ketika ia bersekolah di Kabupaten, menjadi juara Kabupaten, dia berkesempatan maju ke tingkat Propinsi.Di kota belum tentu peluang itu ada.Persaingan tingkat kota demikian ketatnya.Ia yang pandai di kabupaten, bisa jadi bukan siapa – siapa di kota.Perempuan cantik di depanku tampak menahan marah.Kami tinggalkan mereka agar lebih leluasa berdialog.Ada satu pelajaran yang dapat kupetik. Apa yang kita tanam, maka itulah yang akan kita panen. Kita menanam jambu, maka kita akan memanen jambu, tidak mungkin memanen mangga. Jika kita menanam kebencian, maka kita akan memanen kebencian, juga sebalikya jika kita ramah, maka orang lain akan ramah dengan kita. Itulah hukum timbal balik.

Orang tidak dapat membaca pikiranku,tetapi mereka dapat melihat tindakanku.
Tindakan kita menegaskan diri kita sebagai pribadi.
Jika aku ingin orang memperlakukan diriku dengan baik,
Aku perlu bersikap menyenangkan mereka.*)

*) dinukil dari 40 pikiran beracun yang merusak hidup anda (Arnold
A.Lazarus,P.Hd dkk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Tugas Proyek Statistika